PENERAPAN BAHASA ARAB DI MA’HAD ‘ALIY AL-AIMMAH MALANG
“Bahasa adalah mahkota pondok pesantren”. Ini merupakan ungkapan yang tidak asing bagi penuntut ilmu agama di pondok pesantren. Bukan tidak beralasan, akan tetapi ilmu bahasa memang menjadi bidang ilmu yang sepantasnya bagi seluruh penuntut ilmu, terutama di pondok pesantren agar mempelajari dan mengamalkannya. Terlebih lagi untuk ilmu bahasa arab yang menjadi pembuka bagi seluruh ilmu dalam agama islam.
Kehadiran bahasa arab di pondok pesantren bukanlah menjadi hal yang asing, bahkan sewajarnya bagi seluruh pondok pesantren untuk menerapkan bahasa arab, bahkan untuk keseharian. Karena ilmu bahasa (terutama bahasa arab) sangat memerlukan penerapan (tathbiq) untuk meningkatkan kemampuan penggunanya.
Tak ayalnya di Ma’had ‘Aliy Al-Aimmah Malang, pembelajaran bahasa arab merupakan perkara yang lazim disini. Pembelajaran ini dilaksanakan dalam pembelajaran di kelas untuk seluruh program studi, bahkan penerapan peraturan penggunaan bahasa arab sebagai bahasa keseharian bagi seluruh mahasantri, sampai daurah bahasa arab bagi seluruh mahasantri baru, khithobah yaumiyyah mahasantri dan kegiatan lainnya demi menunjang kualitas bahasa arab mahasantri.
Seperti halnya Alif (20) asal Mojokerto yang merupakan mahasantri baru yang sebelumnya belum pernah belajar bahasa arab, datang ke MAA sebagai mahasantri program studi i’dad duat sekaligus untuk mempelajari bahasa arab. “Iya, saya belum pernah belajar bahasa arab sebelumnya. Alhamdulillah mendapatkan kesempatan untuk bisa belajar disini, meskipun pada awalnya agak berat dan sulit, tapi seiring berjalannya waktu mulai agak terbiasa” ungkapnya.
Alif adalah salah satu dari sekian mahasantri MAA yang telah mengikuti program Daurah Bahasa Arab yang diajarkan oleh dosen MAA selama 1 bulan yang diadakan bagi seluruh mahasantri baru, di dalam kegiatan ini diajarkan kitab duruus al-lughah al-arabiyyah jilid pertama. Kegiatan ini diharapkan mampu memberikan pembekalan yang cukup bagi mahasantri sebelum mengikuti kegiatan pembelajaran formal di kelas nantinya.
Pembiasaan berbahasa arab bagi mahasantri dilakukan bukan hanya kegiatan formal di kelas saja, akan tetapi juga diadakan kegiatan non formal seperti pengulangan materi pelajaran di kelas yang dibimbing oleh salah satu mahasantri. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan secara berkelompok. “Kegiatan ini dilaksanakan sebagai pengulangan pembelajaran di kelas, sehingga pembelajaran yang terlewat dan yang belum dipahami bisa dipelajari kembali bersama”, ucap Bintang Khalil Saladdin (20), mahasantri I’dad Duat Tahun ke-2 sebagai salah satu pembina kegiatan ini.
Kewajiban mahasantri dalam berbahasa arab dalam kesehariannya di lingkungan ma’had juga dilaksanakan sebagai pendorong dalam meningkatkan mutu mahasantri, sehingga setiap mahasantri diharapkan memiliki kualitas, baik dalam teori maupun praktek. Sehingga visi dan standar kompetensi lulusan MAA bisa tercapai.
Reporter : Farhan Al-Yafi’ie (Mahasantri Ta’hil Huffadz MAA kelas 2 asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan)