Dauroh bersama Syaikh Nayif bin Salim Al-Ghamidi
Ma’had Aliy Al Aimmah mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan dauroh bersama Syaikh Nayif bin Salim Al-Ghamidi, pada hari Sabtu dan Ahad tanggal 13-14 Dzulqo’dah 1444 H yang bertepatan dengan 3-4 Juni 2023. Beliau adalah seorang da’i lulusan fakultas Ushuluddin di Universitas Muhammad bin Su’ud, Riyadh.
Dauroh yang berlangsung selama dua hari ini dimulai pukul 08:00 pagi hingga sebelum dzuhur, kemudian dilanjut lagi setelah sholat ashar hingga sebelum maghrib. Agar faidah di kelas bisa tersampaikan secara menyeluruh, dipilih salah seorang mahasantri untuk menjadi penerjemah, yaitu Akh Farhan (23) mahasantri prodi ta’hil huffazh tahun kedua.
Materi yang disampaikan oleh beliau sangatlah penting, yaitu berkaitan dengan pokok-pokok aqidah seorang muslim. Secara global, ringkasan materi tersebut adalah sebagai berikut.
Hari pertama, beliau menjelaskan pokok-pokok iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab suci-Nya, para nabi, dan hari akhir.
Hari kedua, beliau menjelaskan tentang pokok-pokok iman kepada qadha dan qadar, dan menjelaskan tentang pokok-pokok dalam; surga dan neraka, syafaat, syirik, jimat, tathayyur (menganggap sial sesuatu), tabarruk (mengambil berkah), dan terakhir, meluruskan orang yang melakukan bid’ah.
Di tengah-tengah pelajaran syeikh memberikan beberapa nasihat yang penting bagi para penuntut ilmu :
Yang pertama, dalam menuntut ilmu yang paling penting adalah ikhlas dan jujur kepada Allah ta’ala.
Yang kedua, bersyukurlah atas nikmat yang besar ini, yaitu menuntut ilmu, karena dari milyaran orang di dunia ini, dipilihlah kaum muslimin, dan dari kaum muslim itu dipilihlah para penuntut ilmu, maka kita harus bersyukur karena telah dipilih oleh Allah ta’ala untuk mengemban amanah ini.
yang ketiga, kita harus memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, jangan sampai menyia nyiakannya walau hanya sekedar satu menit, dengan cara memanajemen waktu sebaik baiknya, karena itulah bedanya antara seorang yang belajar agama dengan yang tidak belajar agama.
Pelajaran berlangsung dengan interaktif, yang diinginkan oleh syeikh adalah keaktifan para peserta dauroh dalam menimpali dan menjawab pertanyaan beliau. Beliau memberikan kesempatan kepada para mahasantri untuk bertanya setelah selesai menjelaskan satu pembahasan, diantara mahasantri yang bertanya adalah Armansyah (22) Mahasantri prodi Idad Huffazh tahun pertama. ia bertanya tentang bagaimana cara menepis persepsi masyarakat tentang benarnya pawang hujan. maka jawaban syeikh adalah sebagai berikut :
bahwa hal tersebut tidak lepas dari dua keadaan :
yang pertama, bahwasannya itu adalah ujian dari Allah ta’ala, untuk melihat apakah ia memiliki tauhid yang kokoh atau tidak.
yang kedua, bisa jadi si pawang hujan sudah mengetahui bagaimana keadaan cuaca saat itu, entah dengan melihat rasi bintang (ilmu falak), dengan jin, atau dengan yang lainnya.
Fahmi (19) mahasantri prodi i’dad du’at tahun pertama memberikan kesan tentang dauroh ini “ Alhamdulillah, saya mendapatkan manfaat dari dauroh ini, terlebih lagi saya termotivasi untuk lebih semangat dalam belajar bahasa arab “
Di akhir dauroh, Syaikh memberikan hadiah kepada peserta dauroh berupa minyak wangi, kemudian ditutup dengan sesi foto bersama.