Nobar Film G30S/PKI Oktober 2020
“Ini bukan film biasa, ini sejarah. ” ujar Dr. KH. Agus Hasan Bashori, Lc., M.Ag ketika membuka kegiatan nobar (nonton bareng) film Pengkhianatan G30S/PKI di lapangan olahraga Ponpes Al-Umm Malang, Kamis malam 1 Oktober 2020, pukul 20:20 WIB. Waktu nobar ini mundur 1 hari dari biasanya dikarenakan para santri masih menjalani ujian PTS (Penilaian Tengah Semester) sampai tanggal 1 Oktober 2020. Pada kesempatan ini, Yai Agus juga menjelaskan secara singkat tentang kekejaman komunis di berbagai negara.
Kekejaman komunis di Indonesia setelah kemerdekaan juga tidak luput dari perhatian Yai yang lahir pada 17 Agustus 1967 tersebut. Komunis telah melakukan percobaan penggulingan terhadap negara yang berdasarkan Pancasila ini. Dimana sila tertinggi dalam Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa.
Kekejaman PKI
Komunis secara sadis melakukan pembantaian-pembantaian. Kejadian pertama setelah merdeka terjadi pada tahun 1948 di Madiun. Sasaran dan korban pembantaian ini adalah para ulama, kyai dan kaum muslimin. Kemudian pada tahun 1965, tanggal 30 September, komunis melakukan upaya kudeta yang kedua kali dengan menculik para jenderal. Dan pada 1 Oktober 1965, dilakukan pembunuhan para jenderal secara sadis.
Atas dasar peristiwa yang sangat memilukan inilah, dikeluarkan Ketetapan MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 Tahun 1966. Di antara isinya: pembubaran Partai Komunis Indonesia, penetapannya sebagai organisasi terlarang di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia, dan larangan setiap kegiatan penyebaran paham atau ajaran komunisme/marxisme-leninisme.
Kyai Agus kemudian menegaskan, “PKI itu partai yang telah dilarang, namun ideologi komunis masih tetap hidup”.
“Kita sebagai umat Islam, bangsa Indonesia, dan para pejuang, ingin anak keturunan kita hidup dalam keadaan aman. Maka, kita harus berjuang. Tidak bisa kita hanya jadi penonton atau tidak berpihak. Karena itu, kita bangsa Indonesia harus bahu membahu satu sama lain, dan tidak akan bisa menang kecuali kita bersatu” ujarnya.
Acara nobar ini diikuti oleh semua santri putra dari SMPI Al-Umm, MA Al-Umm, dan juga mahasantri Ma’had ‘Aliy Al-Aimmah Malang. Digelar di lapangan terbuka pesantren dan memanfaatkan layar lebar dari proyektor, para santri terbawa kepada suasana pada masa lalu, tidak jauh berbeda dengan kondisi saat kejadian dalam film yang dahulu menjadi tontonan di era Orde Baru ini.
Reporter: Febri Kurniadi (Mahasantri MAA tahun ke-3 asal Flores)
Dokumentasi: Tim Ma’had ‘Aliy Al-Aimmah Malang