Kegiatan Mahasantri: Sunnah Rasulullah Bercocok Tanam
Bismillahirrahmanirrahim
Hujan telah tiba. Allah pun telah menyebarkan rahmat-Nya. Kita tentu berharap manfaat dan kebaikannya. Terlebih lagi sebelum hujan ini mengguyur hari-hari kita, betapa kesulitan dan kepayahan begitu terasa. Sebagian daerah mengalami kekeringan sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan air keluarga, tanaman dan persawahan juga kering merana, demikian juga hewan ternak banyak kekurangan pakan dan nutrisinya.
Setelah hujan tiba, Allah kembali menghidupkan bumi setelah matinya. Tanaman dan rerumputan mulai menampakkan pucuk hijau daunnya. Lahan persawahan dan tegalan kembali siap untuk menghasilkan karunia bagi kehidupan manusia.
Alhamdulillah…
Di musim hujan kali ini…
Ma’had ‘Aliy Al-Aimmah (MAA) kembali mendapat amanah untuk turut memakmurkan bumi Allah dengan mengolahnya dan tidak membiarkannya sia-sia begitu saja. Iya, amanah ini berupa sebidang tanah tegalan yang berada di kompleks MAA telah berhasil dibeli oleh pihak yayasan sebagai area perkembangan Yayasan Bina al Mujtama’ (YBM) ke depan. Meskipun pembayaran belum lunas -semoga Allah segera mengirimkan donatur yang bisa menutup kekurangannya untuk wakaf lillahi ta’ala- , MAA berhaq untuk mengolah lahan tersebut agar bermanfaat bagi makhad. Berbekal latar belakang kehidupan keluarga petani dan juga pendidikan pertanian pada jenjang S1, mudir tanfidzi MAA Ustadz Abu Sholih Harno P., SP., M.PI. mendapat amanah dari mudir ‘Amm Dr. KH. Agus Hasan Bashori, Lc., M.Ag agar memimpin para mahasantri mengerjakan lahan tersebut.
Pada hari Ahad, 14 Rabi’ul Awwal 1439 H / 3 Desember 2017 pengerjaan lahan tersebut bisa mulai terlaksana. Dengan peralatan bertani yang ada seperti cangkul, sabit, garpu dan lainnya, para mahasantri begitu bersemangat menjalankan perannya. Pengerjaan lahan ini berbeda dengan lahan persawahan pada umumnya, karena lahan ini sudah lama dibiarkan tidak diolah oleh pemilik lamanya. Akibatnya, lahan dipenuhi dengan tanaman ilalang yang begitu lebatnya sehingga membutuhkan usaha ekstra untuk membersihaknnya.
Teknis pengerjaannya, mahasantri MAA di bagi dalam beberapa shift. Masing-masing shift memiliki tanggung jawab yang berbeda sehingga pekerjaan bisa berjalan dengan efektif. Shift pertama fokus pada pembersihan rumput dan ilalang, shift kedua fokus pada penggemburan lahan dan penyiapan area tanam sedangkan shift ketiga fokus pada penanaman. Alhamdulillah, pada hari Ahad tersebut telah berhasil diselesaikan penanaman sawi pada sebagian lahan yang diamanahkan kepada MAA. Semoga usaha yang sedikit bisa menjadikan MAA dan juga YBM pada umumnya termasuk umat yang bisa mengamalkan sunnah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dalam masalah pengolahan lahan ini. Sebagaimana dalam hadits berikut.
عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ كَانَتْ لَهُ أَرْضٌ فَلْيَزْرَعْهَا، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ أَنْ يَزْرَعَهَا وَعَجَزَ عَنْهَا، فَلْيَمْنَحْهَا أَخَاهُ الْمُسْلِمَ، وَلَا يُؤَاجِرْهَا إِيَّاهُ»(رَوَاهُ مُسْلِمٌ)
Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: barang siapa mempunyai sebidang tanah, maka hendaklah ia menanaminya. Jika ia tidak bisa atau tidak mampu menanami, maka hendaklah diserahkan kepada orang lain (untuk ditanami) dan janganlah menyewakannya.HR. Muslim