Artikel

Siapakah kita di waktu malam?

Renungan
Siapakah kita di waktu malam?

Setiap malam…
Allah ta’ala mengabarkan bahwa diantara sekian makhluq-Nya, ada yang berusaha menjadi hamba-hamba Tuhan yang Maha Rahman (‘ibadurrahman).
Diantara sifaf ‘ibadurrahman ini adalah mereka yang melewati malam harinya dengan mendekatkan diri mereka kepada Rabb mereka, mereka mengisi malam harinya dengan ibadah dan ketaatan, mereka di sebagian malamnya berdiri dan sujud untuk Tuhan mereka. Iya mereka senantiasa menegakkan sholat di malam hari untuk mengharap ridho dari Allah ta’ala.
Allah pun mengabadikan sifat mereka dalam kitab-Nya yang mulia dengan firman-Nya:
{وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا} [الفرقان : 64] “Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.” (QS. Al Furqan: 64)

Pada setiap malam pula…
Setan sebagai musuh yang nyata bagi manusia, senantiasa berusaha memperdaya manusia untuk menjadi pengikutnya. Setan berusaha memalingkan dan menjauhkan manusia dari sifat ‘ibadurrahman. Setan akan mengikat tengkuk semua manusia dengan 3 ikatan. Setan juga akan membisikkan kepada manusia agar tetap tidur di malam hari dan tidak bangun. Inilah bisikan setan yang dihembuskan kepada manusia dikala tidurnya sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ فَارْقُدْ
‘ Malammu masih panjang, tidurlah yang nyenyak! ’ (HR. Bukhari dan Muslim)

Ketika setan telah berhasil menjadikan manusia sebagai pengikutnya, yaitu manusia yang tidak bangun malam untuk sholat, maka setan telah menunaikan hajatnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengabarkan bahwa setan kemudian mengencingi telinga para pengikutnya. Beliau bersabda tentang orang yang tidur dan tidak bangun untuk sholat sampai pagi dengan sabdanya

ذَاكَ رَجُلٌ بَالَ الشَّيْطَانُ فِى أُذُنَيْهِ
” Itulah lelaki yang dikencingi setan pada kedua telinganya ” (HR. Bukhari dan Muslim).

Sekarang….
Siapakah diri kita pada setiap malamnya?
Apakah kita termasuk ‘ibadurrahman?
Ataukah justru sebaliknya, kita menjadi pengikut setan?

Semoga Allah ta’ala senantiasa menjaga kita semuanya dari segala macam ketergelinciran. Aamiin.

 

[Ditulis oleh Abu Sholih Harno P., S.P., M.PI., mudir tanfidzi Ma’had ‘Aliy Al-Aimmah Malang]
Tampilkan Lebih Banyak

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button