Artikel

Alas Purwo Adventure: Petualangan Mistis dan Keaslian Alam (bag. 2)

Petualangan menyusuri hutan menuju gua-gua keramat dimulai setelah menaruh barang-barang bawaan di base camp.

Kondisi cuaca turun hujan, sehingga peserta berangkat dengan mengenakan jas hujan. Sebagian mahasantri yang tidak membawa jas hujan juga tidak kalah kreatif dengan memanfaatkan plastik kresek besar sebagai pengganti jas hujan. Saat persiapan berangkat sudah ada rombongan lain yang berangkat duluan. Jumlahnya sekitar 30 orang dan mereka berasal dari Ponorogo.

Gua keramat di Alas Purwo ada banyak jumlahnya. Dari beberapa sumber menyatakan jumlahnya ada sekitar 40 gua. Akan tetapi dari dari sekian gua ini yang besar dan paling banyak dikunjungi ada 3 buah gua. Ketiga gua tersebut adalah gua istana, gua mayangkara dan gua padepokan. Dalam petualangan kali ini, rombongan mahasantri DTRS akan mengobservasi ketiga gua tersebut.

Tujuan pertama adalah gua yang terdekat yaitu gua istana. Gua ini adalah gua yang paling besar. Di dalam gua mampu menampung lebih dari 60 orang untuk melakukan ritual. Jalanan menuju gua ini sudah diperbaiki dengan batu-batu alam sehingga tidak berlumpur. Di tengah gua terdapat sebuah altar untuk menaruh sesaji dan di bagian dalam gua terdapat satu lorong yang berisi air. Air inilah yang biasa diambil para pengunjung yang mencari keberkahan. Air tersebut akan disiramkan di tempat-tempat usaha untuk penglarisan. Saat observasi gua ini rombongan mahasantri DTRS bertemu dengan rombongan ponorogo yang sedang melakukan ritual kemudian mengambil air dengan botol dan jirigen.

Tujuan kedua adalah ke gua mayangkoro. Di penunjuk jalan tertulis jarak menuju gua ini hanya 350 meter. Akan tetapi setelah menempuh perjalanan sekitar 2 jam rombongan belum sampai ke gua tujuan. Dengan melewati medan jalan setapak, berlumpur, licin dan banyak rintangan seperti duri, sungai dan pohon tumbang, rombongan memberanikan diri bertanya kepada guide. Ternyata gua yang akan dikunjungi sekarang ini adalah gua padepokan.

Gua padepokan adalah gua yang berada di sisi tebing yang tinggi. Mulut gua berbentuk segitiga dengan ruang menyempit dibagian dalamnya. Gua ini banyak dijadikan para pengunjung untuk mencari ilmu kesaktian, kekebalan dan menghilang. Mereka yang datang kesini banyak yang bertapa hingga beberapa hari sampai maksud yang dicari terkabul. Maka tidak heran jika di lereng-lereng gua banyak terdapat tempat-tempat pertapaan. Akan tetapi saat rombongan mahasantri DTRS sampai di gua tersebut, tidak menjumpai adanya orang yang sedang bertapa dan tempat pertapaan kosong tidak ada penghuninya.

Gua mayangkoro menjadi tujuan terakhir observasi setelah selesai dari gua padepokan. Rombongan kembali menyusuri

jalanan yang tadi dilewati. Dan ketika sudah sampai di persimpangan menuju gua mayangkara ternyata waktu  menunjukkan sudah dekat dengan waktu sholat maghrib. Maka kemudian diputuskan untuk tidak melanjutkan obserbasi dan kembali ke camp. Gua mayangkara ini menurut informasi orang yang sering kesana, banyak digunakan untuk tujuan pengasihan (pelet). Sehingga di dalam gua banyak didapati foto-foto baik laki-laki maupun perempuan yang ditinggal oleh para pengunjung ketika melakukan ritual.

Bersambung ke bagian 3.

Tampilkan Lebih Banyak

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button