Alas Purwo Adventure: Petualangan Mistis dan Keaslian Alam (bag. 1)
Setelah menyelesaikan sesi keberangkatan (selengkapnya disini), Rombongan mahasantri program Diploma Tauhid dan Ruqyah Syar’iyyah (DTRS) melanjutkan perjalanan menuju Alas Purwo. Tujuan awal adalah Kecamatan Srono untuk menjemput Bapak Pipit selaku guide selama di Alas Purwo. Kemudian mampir STPN Wilayah 1 Tegal Delimo untuk melakukan pembayaran tiket masuk ke TN Alas Purwo.
Perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri jalanan yang kurang baik. Jalan dulunya sudah pernah diaspal kemudian terkelupas oleh curah hujan. Mendekati gerbang masuk Alas Purwo jalanan semakin menantang dan membutuhkan kesabaran karena banyak yang tergenang air. Setelah memasuki gerbang TN Alas Purwo, jalan aspal kembali halus dan tidak berlubang, hanya saja sebagian sisi jalan tertutup oleh dedaunan dan ranting yang jatuh terkena angin. Sampailah rombongan di Situs Kawitan. Silahkan baca Situs Kawitan: Pintu Awal Kesyirikan (minta bantuan jin) di Alas Purwo.
Perjalanan dilanjutkan dengan mengunjungi kawasan Sadengan. Kawasan berupa savana seluas sekitar 75 ha yang menjadi habitat banteng, rusa dan burung merak. Banteng di kawasan ini memiliki ciri khas berwarna hitam untuk yang jantan dan berwarna coklat untuk yang betina. Sebuah kenikmatan yang diperoleh rombongan mahasantri DTRS adalah cuaca yang hangat saat berada di Sadengan. Kondisi demikian menjadikan hampir semua hewan di kawasan ini keluar ke padang savana. Hewan-hewan bisa disaksikan oleh rombongan melalui menara intai yang disediakan pengelola.
Sebagai hewan pemakan tumbuhan, keberadaan banteng dan rusa di kawasan ini juga menjadi incaran bagi para hewan pemangsa. Sehari sebelum kedatangan rombongan mahasantri program DTRS, seekor macan tutul berusaha memburu rusa. Akibatnya papan nama “Sadengan” yang terbuat dari papan kayu hancur diterjang rusa. Peristiwa langka juga dijumpai rombongan mahasantri DTRS. Seekor banteng betina terpisah dari rombongan tertangkap dan dimangsa oleh sekawanan anjing hutan (heina) hingga tewas. Dan yang ajaib adalah rasa empati yang ditunjukkan oleh rombongan banteng yang lain untuk mengunjungi bangkai temannya secara bersama-sama.
Puas menyaksikan aneka satwa di Sadengan, rombongan melanjutkan perjalanan ke Pancur. Lokasi ini akan menjadi base camp rombongan selama di Alas Purwo. Di sana terdapat sebuah mushola di lantai 2 dengan aula terbuka di bawahnya. Juga ada tempat menginap yang berada di sebelah mushola. Tempat parkir yang cukup luas disediakan karena disini menjadi titik singgah bagi orang-orang yang akan melakukan kesyirikan di Alas Purwo.
Nama Pancur sendiri diambil dari sungai yang mengalir dikawasan ini kemudian membentuk pancuran menuju ke laut. Di Sungai ini terdapat tempat pemujaan untuk m
encari tuyul. Dan saat kunjungan rombongan mahasantri DTRS kesana memang ada orang-orang yang sedang khusyu’ memuja menghadap ke pohon besar di sungai Pancur ini. Selain itu juga terdapat tempat pemujaan lain yang digunakan untuk memuji Nyi Roro Kidul. Lokasi pemujaan ini langsung berada dipinggir pantai dan menghadap ke arah laut selatan. Sungai Pancur juga biasa digunakan oleh orang-orang untuk mandi setelah menyampaikan keperluannya di Alas Purwo.
Bersambung ke bagian 2.