Pendidikan Generasi Salaf
Sebagai seorang muslim, seorang pendidik akan mencontoh bagaimana generasi terbaik mendidik anak-anak mereka, yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, para sahabat, tabi’in dan orang-orang yang senantiasa mengikuti jejak mereka.
Pendidikan adalah tugas utama orang tua kepada anak-anak mereka. Selain sebagai kewajiban yang harus dilaksanakan, orang tua juga harus tepat dalam memilih metode dan cara yang terbaik.
Dalam catatan ini akan dipaparkan bagaimana cara-cara salafus sholeh mendidik anak-anak mereka. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan dimudahkan oleh Allah Ta’ala untuk mengamalkannya, aamin.
» Pendidikan iman adalah pendidikan yang pertama
Jundub radhiyallahu ‘anhu berkata,
كنا مع النبي ﷺ ونحن فتيان حزاورة ( الغلام اذا قارب البلوغ) فتعلمنا الإيمان قبل أن نتعلم القرآن، ثم تعلمنا القرآن فازددنا به إيمانا. (شعب الإيمان ج1/ص76)
“Sewaktu kami bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, kami masih berusia belia (sebelum masuk masa baligh). Kami belajar iman sebelum al-Qur’an, kemudian saat kami belajar al-Qur’an semakin bertambahlah iman kami”.(Syu’abul Iman, juz 1, hlm. 76).
Apa saja bab-bab iman yang mereka ajarkan kepada anak-anak mereka sebelum mengajarkan al-Qur’an?
فعن أبى هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله ﷺ “الإيمان بضع وستون أو سبعون باباً، أدناها إماطة الأذى عن الطريق، وأرفعها قول لا إله الا الله , والحياء شعبة من الإيمان” (رواه البخاري)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,“Iman itu ada enam puluh sampai tujuh puluh cabang. Cabang yang paling rendah adalah menyingkirkan duri dari jalan, dan cabang yang paling tinggi adalah kalimat laa ilaaha illallah, dan malu adalah salah satu cabang iman”. (HR. Al Bukhari).
» Mendidik Anak agar Merasa Selalu diawasi Allah
Telah disebutkan di dalam hadith yang agung, tentang pendidikan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam kepada seorang anak agar selalu merasa diawasi Allah Ta’ala. Abdullah bin ‘Abbas –radhiyallahu ‘anhuma– menceritakan, suatu hari saya berada di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bersabda :
“Nak, aku ajarkan kepadamu beberapa untai kalimat: Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu. Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah, dan jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan andaipun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakanmu, maka hal itu tidak akan membahayakanmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.” [HR. Imam Tirmidzi dalam Sunan At Trmidzi no. 2516, Imam Ahmad bin Hambal dalam Al Musnad: 1/307, dan beberapa ulama lainnya]
* الإمام السلمي لما أراد الحج قال : استأذنت أمى في الحج، فقالت لي : توجهت إلى بيت الله فلا يكتبن عليك حافظاك شيئاً تستحي منه غدا. (سير أعلام النبلاء للذهبي 17/249).
Ketika al-Imam Assilmi hendak pergi haji, ia berkata, “Aku sudah minta ijin kepada ibuku untuk pergi haji. Beliau berkata kepadaku, ‘Engkau menghadap ke baitullah, kedua malaikat pencatatmu tidak akan menuliskan apapun yang kamu merasa malu saat kelak kamu menghadapi-Nya di hari akhirat”. (Sairu A’lami an-Nubala’, li adz-Dzahabi 17/249).
والمراد بحفظ الله: قال ابن رجب : هو الوقوف عند أوامره بالامتثال، وعند نواهيه بالاجتناب، وعند حدوده فلا يتجاوز ما أمر به وأذن فيه الى ما نهى عنه (جامع العلوم والحكم 1/492).
Ibnu Rajab menjelaskan maksud dari penjagaan Allah di sini adalah, menunaikan perintah-perintah Allah, dan menjauhi larangan-larangan-Nya, serta menjaga hukum-hukum-Nya. Tidak melanggar apa yang telah diperintah-Nya, yang diijinkan-Nya dan yang dilarang-Nya. (Jamu’l ‘Ulum wal Hikam. 1/492).
» Menjauhkan Anak-Anak dari Ahli Kufur dan Ahli Sesat
* حكي محمد بن عمار قال : قدمت بغداد سنة 215هـ وقد مات المريسى بها ( والمريسى من رؤوس أهل المبتدعة آنذاك) وبقى في داره ثلاثة أيام لايجسر أحد أن يدنو منه حتى ذهبوا إلى السلطان فقالوا : يجيف فيؤذينا ؟!!! فبعث بالشرط و رأيت الصبيان يرمون المريسى بالحجارة ويقع على السرير!!
Muhammad bin Ammar menceritakan, “Saat aku datang ke Baghdad pada tahun 215 H, al-Murisi meninggal dunia (beliau adalah dedengkotnya ahli membuat perkara-perkara baru dalam agama di Baghdad). Jenazahnya tetap berada di dalam rumahnya sampai tiga hari, tidak ada yang berani mendekatinya sampai mereka mendatangi sulthan, “Wahi shulthan, jenazah ini sudah membusuk dan sangat mengganggu kami!”. Sulthan pun mengirimkan polisinya, aku melihat anak-anak melempari al-Murisi dengan batu saat jenazahnya masih tergeletak di atas kasur”.
» Mendidik Anak Mencintai Orang-Orang Beriman
* فقد قال انس بن مالك : كانوا يعلمون أولادهم محبة الشيخين كما يعلمونهم السورة من القران .(السنة للخلال)
Anas bin Malik berkata, “Para sahabat mengajari anak-anak mereka mencintai Abu Bakar dan Umar sebagaimana mereka mengajarkan suatu surat dalam al-Qur’an”. (as-sunnah li al-Khallal).
*قال صالح بن الأمام احمد بن حنبل: كان أبى يبعث خلفي إذا جاءه رجل زاهد أو متقشف لأنظر إليه يحب أن أكون مثله. (سير إعلام النبلاء للذهبي 12/ 529)
Sholeh bin al-Imam Ahmad bin Hanbal berkata, “Ayahku sering mengutus seseorang kepadaku jika datang kepadanya seorang yang zuhud, agar aku bisa menjadi seperti orang tersebut”. (Sairu A’lami an-Nubala’, li Adzahabi 12/529)
» Mengagungkan Larangan-Larangan Allah
* عن ابن عمر قال ان النبي ﷺ قال ” لا تمنعوا إماء الله أن يصلين في المسجد” فقال ابنه : والله لنمنعهن! فقال: فغضب غضباً شديداً وقال :أحدثك عن رسول الله وتقول إنا لنمنعهنّ .(رواه ابن ماجه )
Ibnu Umar berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaii wasallam bersabda, “Jangan kalian cegah para wanita sholat di masjid”. Anaknya berkata, “Demi Allah aku akan melarang para wanita sholat di masjid”. Ibnu Umar marah besar dan berkata, “Aku menyampaikan hadith jangan larang wanita pergi ke masjid, sedangkan engkau melarang mereka!” (HR. Ibnu Majah).
*عن عبد الله بن مغفل إنه كان جالسا إلى جنب ابن أخ له فخذف فنهاه وقال : أن رسول الله نهى عنه! “وقال إنها لا تصيد صيداً ولا تنكي عدواً وإنها تكسر السن وتفقأ العين” قال: فعاد ابن أخيه يخذف، فقال : أحدثك أن رسول الله ﷺ نهى عنها ثم عدت تخذف لا أكلمك أبدا (رواه ابن ماجه )
Abdullah bin Mughfal duduk di sebelah keponakannya yang sedang bermain ketapel. Abdullah melarangnya, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaii wasallam melarangnya!”. Beliau bersabda, “Ketapel itu tidak bisa memburu buruan, tidak bisa membunuh musuh, tetapi memecahkan gigi dan merusak mata”. Keponakannya pun kembali bermain ketapel. Abdullah berkata, “Aku menyampaikan hadith Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedangkan kau mengulanginya! Aku tidak akan berbicara lagi kepadamu setelah ini!” (HR. Ibnu Majah).
» Menghafal Al Qur’an
Termasuk perkara yang wajib dilakukan pertama kali oleh orang tua dalam mendidik anaknya adalah menyuruh mereka menghafal al-Qur’an. Kelak mereka akan tumbuh sedangkan hati mereka mencintai Allah, mengagunkan dan merenungi ayat-ayat-Nya.
Para generesi salaf sholeh adalah generasi yang giat menghafal Al Qur’an. Dikisahkan dari Umar bin Abi Salamah,
قال عمر بن سلمة كنا بماء ممر الناس، وكان يمر بنا الركبان فنسألهم عن النبي ؟ فيقولون يزعم أن الله أرسله أوحى إليه بكذا فكنت أحفظ ذلك الكلام وكأنما يقر في صدري فلما أسلم قومه وأمرهم النبي بالصلاة قال : فنظروا فلم يكن أحد أكثر قرآنا منى! لما كنت أتلقى من الركبان فقدموني بين أيديهم و أنا ابن ست أو سبع سنين ؟؟ (رواه البخارى)
“Kami berada di sebuah sumber air yang sering dilalui manusia. Saat ada rombongan yang lewat, kami bertanya tentang Nabi yang diutus. Mereka menjawab, ‘Dia adalah orang yang mengaku bahwa Allah telah mengutusnya dan memberinya wahyu ini …”. Saat itu aku menghafalnya seolah perkataan itu terpatri dalam hatiku. Ketika orang-orang sudah masuk Islam, Nabi memerintahkan mereka untuk sholat. Aku tidak melihat orang-orang yang lebih banyak hafalan Qur’annya selain aku. Karena aku sering bertemu para rombongan yang lewat, dan saat itu aku berusia 6 atau tujuh tahun”. (HR. Bukhari).
*ومما يدل على إن هذا دأب الصحابة قول ابن عباس : جمعت المحكم في عهد رسول الله ؟؟ فقلت له : ما المحكم؟ قال : المفصل! (أى من الحجرات إلى آخر القرآن) وقال أيضاً : سلوني عن التفسير فإنى حفظت القرآن وأنا صغير
Ibnu Abbas berkata, “Aku mengumpulkan al-Muhkam di jaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam”. Aku bertanya, “Apa itu al-Muhkam?”. Dia menjawab, “al-Mufashol (al-Qur’an surat al-Hujurat sampai akhir surat al-Qur’an). Dia juga berkata, “Tanyalah padaku tentang tafsir, sesungguhnya aku telah menghafal al-Qur’an sedang usiaku masih kecil”.
*وعن ابن عباس قال : من قرأ القرآن قبل أن يحتلم فهو ممن أوتى الحكم صبيا (الآداب الشرعية لابن مفلح1/244)
Ibnu Abbas berkata, “Barangsiapa yang membaca al-Qur’an sebelum dia baligh maka dia termasuk orang yang diberi hikmah saat kecilnya”. (al- Aadaab as-Syar’iyyah li Ibni Muflih 1/244).
حكاية الفرزدق حيث دخل مع أبيه على على بن ابى طالب رضي الله عنه وقال له : إن ابني يوشك أن يكون شاعراً فقال له : أقرئه القرآن فهو خير له! فقال : ما زالت كلمته في نفسي حتى قيّدت نفسي بقيد وآليت أن لايفكه حتى يحفظ القرآن فما فكه حتى حفظه (خزانه الأدب 1/222)
Kisah tentang al-Farazdaq yang pergi bersama ayahnya mendatangi Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, ayahnya berkata, “Sesungguhnya anakku hampir saja menjadi seorang penyair”. Ali berkata, “Bacakan dia al-Qur’an, itu lebih baik untuknya!”. Dia berkata, “Aku masih terus mengingat perkataan itu dalam jiwaku, sampai jiwaku komitmen untuk membuat anakku tidak bersyair lagi sampai dia hafal al-Qur’an”. (Khizantu al-Adab, 1/222).
» Membiasakan Anak untuk Minta kepada Allah
حرص النبي ﷺ على الأدعية سواء أذكار الصباح والمساء أو المتفرقة، وجاء عنه الحرص الشديد في بعضها حتى قال في حقها الصحابة كان يعلمنا هذا الدعاء كما كان يعلمنا السورة من القرآن كما جاء عن ابن عباس: ” أعوذ بك من عذاب جهنم، وأعوذ بك من عذاب القبر، …” (الأدب المفرد للبخاري)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam banyak berdo’a, baik dengan dzikir pagi dan sore, atau doa di luar itu. Dikisahkan bahwa beliau mengajarkan para sahabat doa-doa sebagaimana beliau menjagarkan mereka surat-surat dari al-Qur’an. Ibnu Abbas berkata: di antara doa yang diajarkan adalah, “Aku berlindung pada-Mu Allah dari adzab jahannam dan aku berlindung pada-Mu Allah dari adzab kubur.” (al-Adabu al-Mufrad).
Dari Jabir dia berkata, “Sesungguhnya Nabi mengajarkan kami istikoroh dalam segala urusan sebagaimana beliau mengajarkan kami surat dalam al-Qur’an”. (al-Adabu al-Mufrad lil al-Bukhari).
» Mengulang-ulang dzikir
Ketika Abudullah bin Zubair mendengar petir, beliau menghentikan perkataannya membaca, “Subhanalladzi yusabbihur ro’du bi hamdihi wal mala-ikatu min khiifatih” (Mahasuci Allah yang petir dan para malaikat bertasbih dengan memuji-Nya karena rasa takut kepada-Nya).
Kemudian beliau mengatakan,
إِنَّ هَذَا لَوَعِيْدٌ شَدِيْدٌ لِأَهْلِ الأَرْضِ
”Inilah ancaman yang sangat keras untuk penduduk suatu negeri”. (Disebutkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 723. Syaikh al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
» Sabar dalam menjalankan ketaatan
* كان مسروق لا يخالف ابنته في شيء قال: فنزلت إليه فقالت : يا أبتاه أفطر واشرب ! قال : ما أردت بى يابنيه ؟ قالت: الرفق! قال بابنيه :إنما طلبت الرفق لنفسي في يوم كان مقداره 50 ألف سنة. (سير أعلام النبلاء للذهبي 4/ 689)
Masruq tidak pernah berselisih dengan puterinya dalam perkara apa pun. Suatu hari puterinya berkata kepada ayahnya yang sering melakukan puasa sunnah, “Wahai ayah, berbukalah dan minumlah!”. Masruq berkata, “Apa yang inginkan wahai putriku?”. Dia menjawab, “Kasihanilah dirimu!”. Masruq berkata, “Sesungguhnya aku sedang mengasihani diriku saat kelak berada di hari yang satu harinya sama dengan 50.000 tahun di dunia”. (Siaru ‘Alami an-Nubala’ li adz-Dzahabi, 4/689).
Demikianlah beberapa contoh pendidikan anak dari generasi terbaik, semoga bermanfaat. Aamiin.
Diterjemahkan dari laman,
” المنهج الإيماني” الذى رسمه السلف فى تربية الأولاد
http://articles.islamweb.net/media/index.php?page=article&lang=A&id=138578.
Oleh: Ustadz Achmad Tito Rusady, S.S., M.Pd